Pertama-tama, saya turut berdukacita atas meninggalnya ustad Jeffri Al Buchori.
Saat ini, saya ingin mengomentari, bagaimana reaksi media ketika ustad Uje, biasa dikenal, meninggal lalu mereka membombardir pembaca dengan pemberitaan.
Lalu, bagaimana warga biasa mengomentari meninggalnya Uje di sosial media.
Keadaan ini sungguh menarik. Bagi media massa, terutama koran online, meninggalnya Uje menjadikan momen ini untuk mendulang uang lewat iklan. Sedangkan bagi warga sosial media, momen ini jadi digunakan untuk refleksi diri bahwa hidup adalah sementara dan juga, maaf, berusaha tampil lebih rohani.
Tidak ada yang salah. Kalau diambil positifnya, mudah2an, banyak masyarakat yang tobat, kembali kejalan yang benar, karena hidup ini memang sementara. Mumpung masih hidup, jalan lurus dulu. Kalau tidak lurus dan dipanggil, nyesel belum sempet bertobat.
No comments:
Post a Comment