Note : Klik tanda [+] untuk membaca senda-gurau selanjutnya
Ketika kemacetan di kota Jakarta mulai parah. Bang Sutiloyo mengajak rapat seluruh divisi.
Bagian tata kota, "pak, kita harus membuat underpass di jalan Jendral Kancil secepatnya."
Bagian keuangan, "tapi pak, dana untuk membuat underpass tidak ada."
Setelah terdiam agak lama, Bang Sutiloyo bicara, "gampang. ini, kita sudah punya 2 sekop."
Bagian tata kota dan keuangan heran, "Sekop?"
"Iya, kita tinggal minta tukang untuk mencangkul, masing2 dari sisi yang berlawanan."
Bagian tata kota, "lalu bagaimana jika masing2 tukang tersebut tidak bertemu pak?"
Sutiloyo, "kita akan mendapatkan 2 terowongan."
***
Ajudan Sutiloyo hampir mati. Sutiloyo berpesan, setelah mati nanti, dia harus memberitahu kembali kepada Sutiloyo.
Kemudian ajudannya pun mati. besok malamnya, Sutiloyo mendengar suara, "kaukah itu?" tanya Sutiloyo.
"Ya pak" jawab arwah ajudannya.
"Bagaimana, engkau senang tinggal disana?" tanya Sutiloyo.
"Senang sekali pak."
"Nah, sekarang kau ceritakan, seperti apa surga itu"
"Surga? Wah... disini masih macet pak. Padat merayap."
***
Bagian tata kota, "Pak, berdasarkan perintah presiden, kita harus membuat banjir kanal Selatan secepatnya."
Bagian keuangan, "Tapi pak, orang2 yang tinggal di jalur banjir kanal tidak mau tanahnya dibayar sesuai harga normal."
Sutiloyo, "hmmm.. sebentar, Budi, tolong ambilkan tas saya."
Bang Sutiloyo mengambil sebuah benda dari tasnya.
Bagian tata kota, "Apa tuh pak?"
Sutiloyo, "Nih, korek, ambil... katakan kepada mereka, rumahnya mau dibayar atau dibakar."
No comments:
Post a Comment