Dalam rangka menutupi lobang-lobang error pada aplikasi Sales and Inventory Management System yang dikembangkan oleh kantor saya menggunakan C# + ASP.NET untuk PT. Erna Djuliawati, saya ditunjuk pergi ke Pontianak + Sanggau. Tiba di Pontianak, saya mampir sebentar ke kantor cabang PT. Erna Djuliawati dan melihat-lihat tempat dimana Tongkang atau nampan pengangkut container berisi kayu lapis transit dari pabrik yang berada di Sanggau ke Pontianak, lalu ke pelabuhan Muara Jungkat. Selama ini, saya membuat program input data transit tongkang, tidak pernah tahu seperti apa tongkang itu, ternyata: besar sekali cuy!
Kebetulan, saat itu Pontianak sedang dilanda banjir air pasang. Akibatnya dermaga transit dipinggir sungai Kapuas sedikit terendam. Setelah lihat-lihat untuk pertama kalinya, saya pergi lagi untuk makan pagi. Dan entah dibawa kemana atas musyawarah tim SIMS, kami meluncur ketempat sarapan ditengah kota Pontianak. Dan kami, khusus yang non Muslim, memesan bakmi kepiting yang� mmmm� muantap reek�
Sebetulnya, Bakmi kepiting yang saya makan ini, rasanya biasa saja. Tapi menjadi spesial karena makannya harus menempuh ratusan kilo dari Jakarta. So pasti rasanya jadi jadi jadi nikmat sekali.
Setelah makan bakmi kepiting, dimulailah perjalanan yang cukup melelahkan karena untuk ke kota Sanggau kita harus menempuh waktu perjalananan selama 6-8 jam. Sanggau adalah kota dimana pabrik kayu lapis milik PT Erna berada. Tapi sebelum itu, saat berangkat dari bakmi kepiting dan hendak keluar dari kota Pontianak, saya melalui tugu titik nol khatulistiwa. Walau tidak berhenti, karena memang bukan jalan-jalan, saya berhasil mengambil satu foto tugu ini.
Selama perjalanan, khususnya ketika memasuki pedalaman kalimantan, saya memperhatikan cukup banyak gereja-gereja yang berdiri dipinggir jalan. Begitupun kuburan-kuburan yang tampak oleh saya, banyak nisannya terbuat dari kayu dan berbentuk salib. Ini artinya, misionaris telah berhasil masuk kepedalaman Kalimantan dan mengajarkan orang-orang asli kalimantan untuk mengenal Tuhan.
Tiba dikota Sanggau, saya tidak langsung tiba di pabriknya, tapi harus menempuh perjalanan dengan speed boat selama setengah jam. Ketika speed boat jalan, saya jadi teringat waktu di Danau Toba. Untuk menempuh pulau Samosir, saya harus naik speed boat dan bayar 250 ribu. Sedangkan kali ini, gratis� sepanjang perjalanan menyusuri sungai Kapuas, saya melihat rumah-rumah warga pedalamanan yang berupa rumah panggung. Menurut ibu saya, kenapa rumah warga pedalaman kalimantan harus rumah panggung, karena 1) kalau sungainya meluap, tidak langsung kebanjiran. 2) Sungai kapuas banyak buaya. Bayangkan jika sedang tertidur lelap tiba-tiba seekor buaya masuk kekamar dan langsung melalap. Apa kata dunia? Halah...
Andy, rekan seperjalanan saya menunjukkan wilayah yang berasap adalah pabrik kayu lapis milik PT. Erna Djuliawati. Tiba di darmaga PT. Erna, saya disambut oleh pegawai EDP PT. Erna, Yorith. Ketika menjejakkan kaki untuk pertama kali di Plymill, saya berasa seperti tiba di Jurassic Park. Tempat terasing tapi bernuansa cottage: modern dan elegan. Saya menuntun tas ransel saya menuju kamar yang sudah ditentukan dan perasaan terpesona masih menghinggap di dada, bahkan sampai detik ini.
3 hari saya lalui di Plymill. Senin ketemu kamis, Kamis pagi saya beres-beres dan langsung meluncur ke Pontianak karena jadwal meeting akan diadakan lagi dari kamis siang, lalu Jumat seharian dan sabtu hanya pagi.
Selama di pontianak 3 hari ini, satu hal saja yang memberikan kesan bagi saya adalah makan nasi Akwang. Wuih� babi panggangnya� mantaaappp!!! Karena ketagihan, saya makan hingga dua piring! (Wow� doyan apa laper?)
Tidak banyak yang spesial dari kota Pontianak dibanding ibukota lainnya. Bahkan dibanding Bandar Lampung, ibukota yang kelasnya masih dibawah Medan, masih kalah megahnya. Tapi yang spesial dibanding Bandar Lampung adalah warga Pontianaknya sendiri. Di Pontianak, pengendara motor adalah dewa. Kita tidak tahu kearah mana mereka akan berbelok. Makanya pengendara motor di Pontianak disebut dewa karena hanya dia dan Tuhan yang tahu kapan akan berbelok.
Begitulah sedikit cerita jalan-jalan, ups.. maaf, business trip saya ke Kalimantan Barat. Puas rasanya bisa menjejakan kaki di pulau Kalimantan. Dan saya berharap, suatu hari nanti, saya dikirim lagi ke pulau sulawesi, pulau Irian, kepulauan Maluku supaya lengkap petualangan saya menjejaki pulau-pulau besar di Indonesia dengan� Ehm, gratis. Tanpa ongkos sendiri. Alias dibayarin kantor :-)
No comments:
Post a Comment