wew segitu simpelnya contoh anda pak.
evolusi yang dikonsepkan darwin kan perubahan bentuk. kl anda ngambil contoh bakteri yg semakin kebal, itu hanya sebagian kecil variasi. seperti manusia, ada yg kebal ada yg ringkih terhadap penyakit. bakteri jg ada yg kebal, ada yg lemah.pinisilin mampu membunuh bakteri2 lemah, dan pada akhirnya berkurang jd tinggal yg kebal aj. tapi intinya g ada perubahan bentuk kan. bakteri tetap bakteri. nyamuk tetap nyamuk, g ada perubahan nyamuk jadi gajah.
kl diteorikan selama evolusi trjdi seleksi alam, apa g dipikir, organ tubuh selama proses evolusi terbentuk bertahap, apa bisa tahan ama kondisi alam. simpel saja, mata terdiri atas sistem yg komplek.kl trjd perubahan scr bertahap, dijamin g akan berfungsi. jgnkan kena pengaruh seleksi alam, diem aja jg udah g bisa ngeliat kali.
bener2 anda masi percaya teori di buku IPA jaman SD-SMA dulu???
Pertama, saya mau memberitahukan bahwa tulisan saya berjudul Bukti Teori Evolusi Darwin dan Nyamuk Sialan adalah guyonan semata. Sengaja saya mengutip tulisan di majalah Playboy Indonesia untuk mendukung penyiksaan saya yang dilakukan oleh nyamuk-nyamuk dirumah yang mana pada saat itu sangat-sangat banyak.
Kedua, saya mau mengomentari pendapat Pak Anon. Tapi saya masih cukup bingung, Pak Anon ini pro terhadap teori Evolusi atau kontra? Kalau kita penggal sedikit bagian ini �evolusi yang dikonsepkan darwin kan perubahan bentuk.� Jelas, Pak Anon pro terhadap evolusi. Tapi kalau kita baca kelanjutannya, �tapi intinya g ada perubahan bentuk kan. bakteri tetap bakteri. nyamuk tetap nyamuk, g ada perubahan nyamuk jadi gajah.� Pak Anon jadi Kontra terhadap Evolusi. Hemat saya, Pak Anon pastilah kontra terhadap Teori Evolusi. Kenapa? Karena diakhir komentarnya ada penggalan ini: �bener2 anda masi percaya teori di buku IPA jaman SD-SMA dulu???� ini menandakan Pak Anon jelas-jelas kontra dengan teori evolusi. Kalau diingat-ingat, pelajaran SMP-SMA menceritakan jerapah yang lehernya memanjang karena mengulurkan lehernya untuk menggapai pucuk pohon yang lebih tinggi. Dan lehernya makin memanjang dari generasi ke generasi. Tetapi karakteristik seperti itu tidaklah diteruskan. Ini sama saja dengan seorang binaragawan tidak akan mempunyai anak dengan otot yang lebih besar.
Terlepas dari komentar Pak Anon, teori evolusi Darwin adalah MITOS. Saya tidak akan memaparkan bukti-bukti secara detail bahwa teori evolusi Darwin adalah mitos. Cukup satu hukum fisika yang bisa kita ambil dan ini sudah bisa meruntuhkan teori evolusi Darwin dan pemahaman kita selama ini. Hukum yang dimaksud adalah hukum termodinamika.
Hukum yang pertama � ini adalah hukum massa yang diawetkan, dan menyatakan bahwa tidak ada apa pun lagi yang diciptakan atau dimusnahkan. Massa dan energi � secara kuantitatif adalah bersifat konstan. Ini memiliki arti bahwa mahkluk hidup yang telah diciptakan adalah SEMPURNA.
Hukum yang kedua � ini adalah hukum kemerosotan energi dan �menyatakan bahwa semua sistem yang dibiarkan saja kepada perkembangannya sendiri selalu cenderung untuk bergerak dari keteraturan kepada keadaan yang tidak teratur, sedangkan tenaganya cenderung untuk beralih bentuk ke arah tarang yang lebih rendah kemampuannya dan akhirnya akan mencapai keadaan yang serba merosot sampai kepada kemampuannya lenyap sama sekali tidak berdaya kerja.� Contoh, kertas dibakar. Dari berguna sebagai wadah menulis menjadi debu yang tidak berdaya kerja. Dengan kata lain, hukum ini menunjukan bahwa proses alamiah itu bergerak ke arah taraf menurun, menuju pada kemerosotan, kehancuran dan kebinasaan. Sedangkan teori Evolusi Darwin mengajarkan bahwa kita sedang menempuh jalan yang menuju kepada keadaan yang lebih baik, meningkat kepada taraf yang lebih tinggi. Sederhananya, manusia berawal dari kera dan meningkat menjadi manusia jadi tidak menampakan buktinya. Hanya seperti khayalan saja!
Mungkin tulisan Harun Yahya berjudul Hakikat Teori Evolusi Darwin: Perang Terhadap Agama, bisa juga dibaca untuk melengkapi pemahaman kenapa Teori Darwin adalah mitos.
***
Referensi:
Hammond, J et al, Alkitab & Ilmu pengetahuan, 1992.
Playboy Indonesia, Juni 2006.
No comments:
Post a Comment