Tuesday, January 22, 2008
Filosofi Sepatu
Apakah anda tahu bahwa programer itu ibarat sepatu? Ya, benar. Berikut ini saya akan coba menjelaskannya. Disini kita akan mengibaratkan sepatu adalah programer. Sedangkan pemakai sepatunya adalah sang bos atau pemilik perusahaan.
Jika sepatu terlalu sering dipakai, maka sepatu akan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Begitu juga dengan perusahaan yang terlalu memaksakan programernya bekerja tiada henti. Alhasil, setelah dipakai, sang programer akan mengeluarkan bau-bau yang tidak sedap. Seperti ngomel-ngomel di pantri kalau si bos tuh resek nyuruh-nyuruh ini itu sampai berhari-hari. Atau ngomel-ngomel di internet via blog atau situs-situs pelepas amarah. Atau curhat via messanger soal si bos yang resek. Pokoknya si bos pengennya dihajar gara-gara nyuruh ini itu tanpa henti.
Sepatu harus sering di semir. Kalau tidak, kotorannya makin tebal dan tebal. Begitu juga dengan perusahaan yang tidak pernah memberikan training buat programernya. Jika programer tidak pernah dikasih training, maka otaknya akan makin penuh dengan �kotoran� berupa kerjanya makin doyan chatting, persentase kerja dengan ngeblog lebih besar ngeblog, kerjaan terbengkalai karena lebih memilihi mengurusi side job, dan kotoran-kotoran lainnya. Jikalau perusahaan memberikan training untuk programernya, otomatis dia akan sadar bahwa ternyata ada teknologi baru atau ilmu baru yang belum dikuasainya. Setelah dia menyadari hal itu, dia akan getol lagi belajar teknologi atau ilmu baru tersebut. Akibatnya? Pekerjaan makin cepat selesai dan efektif. Atau bahaya-bahaya berupa eror-eror aplikasi bisa cepat diatasi.
Ketika memakai sepatu, gunakanlah sepatu yang benar. Kalau bekerja, gunakan sepatu kerja. Ketika berolahraga, gunakan sepatu olahraga. Begitu juga dengan programer. Ketika ada programer yang doyannya ngeblog, fungsikan si programer lebih banyak di bagian dokumentasi atau help manual. Alhasil karyanya akan enak dibaca dibanding jika seorang gila koding disuruh nulis. Bisa-bisa bahasa Indonesia bercampur dengan sintaks bahasa program. Juga ketika ada programer yang doyan dengan anime atau manga. Fungsikan si programer untuk membuat tampilan aplikasi yang menarik. Otomatis pengguna aplikasi bakal suka karena enak dipandang dan dirasakan. Begitu juga jika ada programer yang gampang naik pitam alias darah tinggian. Fungsikan saja dia sebagai Quality Assurance. Dengan begitu, para programer bakalan takut bikin program asal-asalan karena takut dimarahi oleh si QA doyan marah ini.
Nah, mungkin penjelasan barusan bisa diterima oleh akal tidak sehat anda. So, have a good day.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment