Auuffhh... auffhh... auuffhh... auffhh...
Kalau yang sudah baca, pasti tahu apa maksud barisan kata-kata diatas. Ya, tidak sampai 2 minggu, saya menyempatkan untuk membaca buku kedua tetralogi Laskar Pelangi yaitu Sang Pemimpi.
Novel yang dianggap sebagai sebuah lantunan kisah kehidupan yang memesona dan akan membuat Anda percaya akan tenaga cinta, percaya pada kekuatan mimpi dan pengorbanan, lebih dari itu, akan membuat Anda percaya kepada Tuhan ini memang cukup memikat saya. Tapi kadar memikatnya jadi sedikit berkurang dibanding novel yang pertama. Mungkin kadar kelucuan dan kadar saintifiknya sedikit berkurang.
Novel ini adalah karya kedua Andrea Hirata yang diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada bulan Juli tahun 2006. Dalam novel ini Andrea menarikan imajinasi dan melantunkan stambul mimpi-mimpi dua anak Melayu kampung: Ikal dan Arai. Di novel ini juga Andrea membuang jauh-jauh 10 tokoh Laskar Pelangi. Jadi menurut saya, novel ini bisa dibaca secara terpisah.
Membaca Sang Pemimpi sekaligus membuat saya bernostalgia dengan kehidupan di Bogor. Diakhir-akhir cerita, Andrea Menceritakan kisahnya yang nyasar di kota Bogor dan akhirnya tinggal di Babakan Fakultas. Sebuah lembah intelektual karena diisi oleh mahasiswa-mahasiswa berkantong kempes karena kos-kosan yang murah-meriah. Babakan Fakultas, atau biasa disebut Bafak, sangat penuh dengan kesan ketika saya bergumul dengan tugas-tugas kuliah, persiapan ujian dan sebagainya. Ah, Bogor... Kota sejuta angkot yang mengangenkan.
No comments:
Post a Comment