Fenomena blogging akhir-akhir ini sebetulnya telah membawa masyarakat Indonesia, khususnya yang melek internet, masuk kedalam ekonomi pengetahuan atau istilah kerennya, knowledge economy.
"He? Knowledge economy, apaan tuh?"
Kalau menurut wikipedia, knowledge economy adalah penggunaan ilmu pengetahuan untuk menghasilkan keuntungan. Inggrisnya begini:
The knowledge economy is a vague term that refers either to an economy of knowledge focused on the production and management of knowledge, or a knowledge-based economy. In the second meaning, more frequently used, it refers to the use of knowledge to produce economic benefits. The phrase was popularized if not invented by Peter Drucker as the title of Chapter 12 in his book The Age of Discontinuity.
Various observers describe today's global economy as one in transition to a "knowledge economy", as an extension of "information society". The transition requires that the rules and practices that determined success in the industrial economy need rewriting in an interconnected, globalised economy where knowledge resources such as know-how, expertise, and intellectual property are more critical than other economic resources such as land, natural resources, or even manpower. According to analysts of the "knowledge economy", these rules need to be rewritten at the levels of firms and industries in terms of knowledge management and at the level of public policy as knowledge policy or knowledge-related policy.
KNOWLEDGE ECONOMY DAN BLOGGING
Kembali kesoal blogging yang katanya bisa menghasilkan keuntungan... Kok bisa? Jadi begini kisanak. Ada dua tipe blogger di Indonesia. Blogger yang mata duitan dan blogger yang penuh belas kasih dengan sedikit pamrih. Bagaimana penjelasan kedua bloger tersebut, mari disimak sebentar:
Blogger mata duitan
Blogger mata duitan biasanya menuntut blognya supaya bisa menghasilkan uang. Contohnya adalah blog ini. Dengan memasang adsense ataupun program iklan online lainnya, maka saya mengharapkan akan ada revenue dari tulisan-tulisan saya yang tanda kutip adalah sebuah knowledge. Tapi, bagaimana dengan blogger yang memang memanfaatkan blognya untuk meng-generate uang tapi tidak pernah berpikir alias tulisan-tulisannya memang ngebajak alias kupipes dari blogger lain? nah, kalau ini masuk kategori abu-abu knowledge economy.
Blogger penuh belas kasih dengan sedikit pamrih
Kalau blogger tipe ini, biasanya blogger yang memang pada dasarnya senang menulis. Dan dengan kegiatannya, diharapkan suatu ketika ada yang menyukai tulisan-tulisan si blogger lalu revenue dalam tanda kutip bisa datang. Revenue apa? Misalkan si blogger senang menulis soal IT. Tanpa mengharapkan mendapat revenue dari iklan, tapi karena ada publisher asal kita suka dengan tulisannya, maka bisa jadi si blogger diajak kerjasama untuk menerbitkan buku hasil dari tulisan-tulisannya. Atau si blogger senang menulis soal arsitektur. Maka tidak heran suatu ketika ada orang yang ingin dibangun rumahnya oleh si arsitek tersebut. Atau si blogger adalah seorang pensiunan tentara dan dia sering berburu ke hutan. Maka tidak heran suatu ketika ada orang yang ingin berburu lalu mengajaknya tanpa mengeluarkan uang sepersen pun. Atau si blogger adalah seorang banker dan suka mengeluarkan ide-ide produk perbankan, maka tidak heran suatu ketika ada orang yang ingin mengundangnya sebagai pembicara seminar keuangan perbankan. Atau si blogger adalah suka menggambar komik dan akhirnya ada portal yang bersedia untuk menampung komik-komik lucunya kemudian dibayar.
HOW TO
Dalam membangun knowledge economy sebetulnya ada langkah-langkahnya. Bagaimana itu dilakukan, sederhana sekali sebetulnya.
Otak manusia dan pengetahuan ibarat sebuah gelas yang diisi oleh air dan ketika penuh airnya akan tumpah. Terlalu banyak diisi oleh sekolah, pergaulan dan lain-lain, pasti akan tumpah entah menjadi tulisan di koran, atau ceramah, atau mengendap saja di buku diary. Nah, supaya air yang tumpah itu tidak terbuang percuma, jelas harus ada tempat yang menampungnya lagi. Dan proses menampungnya itu memiliki sedikit usaha ditambah kesenangan. Artinya, air yang adalah pengetahuan, sebaiknya ditampung disebuah wadah yang bernama blog atau koran atau media lainnya. Dan wadah yang paling mudah plus murah adalah blog. Dengan tertampung disebuah wadah yang lebih bermanfaat, diharapkan wadah tersebut bisa menghasilkan keuntungan bagi si pemilik gelas itu. Nah, sekarang, jika airnya ingin menjadi sebuah produk, air tersebut haruslah menarik. jika dia tumpah sebagai air putih, maka orang yang membutuhkan air putih akan berusaha memakainya. Jika dia tumpah sebagai air jeruk, orang yang suka dengan air jeruk akan ingin meminumnya. Jika dia tumpah sebagai air kelapa, orang suka dengan air kelapa tapi tidak suka dengan air jeruk, maka dia akan mau membelinya.
Menulis dengan topik tertentu memang akan menghasilkan revenue yang lebih cepat. Karena orang yang lebih mudah memilihnya. Disisi lain, menulis terhadap topik tertentu akan menjadikan seseorang jadi lebih mengerti terhadap apa yang dibacanya maupun apa yang ditekuninya. Dengan demikian, si penulis bisa berkembang lebih baik lagi dalam karir ataupun dalam usahanya, apapun itu.
Dengan demikian, dalam membangun knowledge economy sebetulnya gampang. Pilih media yang ingin dijadikan tempat manajemen pengetahuan-pengetahuan, lalu fokuslah terhadap pengetahuan tersebut.
KESIMPULAN
Knowledge economy memang perkara baru dibumi Indonesia ini. Tapi knowledge economy nampaknya akan berkembang pesat mengingat sebentar lagi biaya internet akan lebih murah sehingga banyak orang yang bisa meraup keuntungan dari internet.
No comments:
Post a Comment