Tuesday, July 29, 2008

Jatuhnya Menara Saidah

Gedung ini, kalau menurut saya, memiliki desain yang cukup berbeda dari gedung-gedung lain di Jakarta diawal dia berdiri. Arsitekturnya unik. Arsitektur bergaya Romawi kalau orang biasa bilang. Kalau orang arsitek, entah. Soalnya saya bukan arsitek, belajar sedikit pun ogah, niatnya tipis. Tapi sekarang, Menara Saidah sudah punya saingan, Menara buatan Sampoerna group yang bergaya klasik itu.

Selesai dibangun, dan tak lama, gedung ini cukup ramai disewa. Parameter ramai disewanya sederhana, mobil-mobil banyak keluar masuk pintu depan yang sering ditongkrongi oleh pekerja komuter baru turun dari kereta di stasiun Cawang. Begitupun kalau tiap malam, banyak lampu menyala dari jendela gedung ini.

Namun, akhir-akhir ini, gedung ini terasa sepi dari mobil atau motor keluar masuk pintu depan Menara Saidah. Begitupun dengan lampu-lampu disetiap lantai yang makin tidak banyak menyala. Menurut saya, Parameter gedung ramai disewa adalah banyak lampu dalam kantor yang menyala. Sehingga menyiratkan dilantai itu sedang ada yang bekerja. Coba saja ditengok gedung-gedung di daerah Sudirman, anda bisa hitung lampu-lampu yang menyala lalu bandingkan dengan gedung ini, pasti jauh sekali jumlah lampu kantor yang menyala. Betul, di menara Saidah, makin sedikit saja lampu yang menyala dari tubuh gedung ini.

Ketika saya ngobrol-ngobrol dengan teman yang pernah bekerja di Menara Saidah, ternyata ada cerita kenapa menara Saidah berkurang penyewanya. Ceritanya sederhana, hanya karena gara-gara lift yang lambat.

Lift dimenara ini sudah dikomplain oleh para tenan tapi tidak digubris oleh manajemen gedung. Alhasil, para tenan pada jengkel dan akhirnya memilih keluar, tidak meneruskan sewanya.

Selain itu, konon gedung ini ada hantunya. Tapi benar atau tidak, itu hanyalah konon.

Saya jadi garuk-garuk kepala sendiri, kenapa bisa ada manajemen gedung tidak terlalu memperhatikan masalah-masalah penting seperti lift. Apakah memang yang punya gedung sudah tidak membutuhkan uang, atau gedung ini hanya jadi ajang cuci uang? Atau gedung ini memang cuma sekedar bukti kepada bank kalau pinjamanan si pengusaha memang nyata, lalu sisanya dibawa kabur entah kemana? Ah, entah lah. Itu cuma andai-andai saja.

No comments:

Post a Comment