Tulisan tentang Mario Teguh ternyata mendapat respon yang cukup lumayan. Dari sekian komen yang ada, ada satu yang cukup bagus dan patut untuk di repost:
Yang terpenting adalah inti dari apa yang dikatakannya, janganlah kita melihatnya lebih sebagai Mario Teguh, melainkan makna yang terkandung dari ucapannya.
Jangan pula kita lebih meng-agungkan sang Mario Teguh, karena keadaan ini juga akan meng-create pengkultusan, sebagaimana yang dilakukan oleh:
orang2 Budha kepada si Budha Gautama,
orang2 Islam kepada Muhammad SAW,
orang2 Kristian kepada Jesus dengan menjadikan persamaan kedudukan antara Tuhan dengan Rasul2 Nya.
Hal spt ini bisa saja terjadi atas Mario Teguh yang dilakukan oleh kita, pada hakikatnya yang benar itu datangnya dari TUHAN yang Maha Esa, Dia tidak beranak dan diperanakkan, Dia Maha Segala-galanya, Dia tidak Mati juga tidak pula tertidur,
Dialah yang menjaga Alam semesta ini tanpa sedetikpun Dia terlengah, tidak ada sebatang daunpun yang gugur dari dahan yang Dia tdk mengetahuinya,
Dialah yang menguasai Hari pembalasan, dimana tidak ada lagi perlindungan kecuali amal perbuatan kita selama hidup,
Dialah yang Maha Suci dari apa yang kita persangkakan,
Dialah A L L A H, Tuhan kita satu-satunya, yang tidak ada satupun yng menyerupainya, kalaulah kebenaran itu datangnya dari seorang Mario Teguh, kita harus berterimakasih kepada Tuhan atas petunjukNya itu,
dan juga kepada seorang manusia yang bernama Mario Teguh, semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan atas dirinya dan kita sekalian dalam menyelesaikan hidup yang hanya sesaat ini.
Ketahuilah oleh kita semua, bahwa hidup ini hanyalah senda-gurau belaka, akhirat jauh lebih kekal dan abadi.
Salam Super buat semua.
- - -
So, ada yang mau menambahkan? Atau malah menyanggah? Silahkan...
Showing posts with label guru. Show all posts
Showing posts with label guru. Show all posts
Sunday, October 5, 2008
Thursday, March 13, 2008
S1? Jadi Guru? Ga Banget Deh... (Bagian 3)
Bagaimana menjadi guru yang baik dan benar?
Belajar terus. Jangan pernah berhenti.
Belajar dari murid itu ngga dosa. Murid bisa lebih pinter, lho :)
Apa pengalaman paling mengesankan jadi guru?
Dikritik guru lain gara-gara waktu di jam beliau, anak-anak
mengerjakan tugas dariku.
*padahal... waktu jam pelajaranku atau jam lain, anak-anak mengerjakan
tugas dia atau belajar pelajaran beliau hihihi...
Mmmm... di'goda'in di kelas.
M (murid): "Miss, kalo angkatan 2002, berarti seangkatan dong sama
Nicholas Saputra?"
A (aku): *bengong, cuma alis berkerut*
M: "Miss angkatan 2002, kan?"
A: "Ngga. Kapan saya bilang begitu?"
T (teman-teman): *ngakak* "Sok tau looooooooo"
M: "Kirain. Abis miss keliatan kaya angkatan 2002, sih"
T: *ngakak lagi* "Huuuuuuuuuuuu"
A: "Halah halah. Dear, don't flirt with me"
Atau... "Miss, kok miss baik banget, sih?", waktu aku -yang saat itu
mulai terkikis kesabarannya- masih berusaha supaya anak-anak mau
denger & berusaha ngerti materi.
Atau... disangka temennya orangtua murid, waktu lagi duduk-duduk
bareng ortu murid di bangku.
Lalu disapa sama satu murid, "Mari, tante" dan si orangtua murid
marah, "Heh, ini guru kamu tauk!" hehehe... *kalem, bu... saya guru
baru dan ngga ngajar kelas dia, wajar aja ngga tau (eh tapi kan daku
pake seragam, yak?)
Ada aja, lah. Selalu ada cerita setiap hari :)
"Saya seorang S1, masak jadi guru... ga banget deh.." -> bagaimana kalau ada orang yang ngomong gitu?
Laaahh... Guru SMA kan minimal S1. Nyadar diri, atuh. Cuma punya persyaratan minimal kok protes :D
Maunya malah kalau bisa nanti guru yang S1 sekolah
Bukan guru SMA? Ya kembali ke pribadi. S2 ngajar SD juga gak protes, tuh. Iya, ada. Yang protes malah orang lain :)
Kalau memang maunya begitu, ya jalani aja. Gak usah mikirin pendapat orang lain :)
Kalau ngga mau, ya sudah jangan cela yang pengen :)
Guru itu profesi yang harus sepenuh hati. Jadi kalau setengah-setengah, kasian murid lha ya.
Masa buat anak kok coba-coba hehehe...
Ini satu yang harus dipikirkan: kalau profesi guru selalu jadi pilihan kedua atau seterusnya, maka kita akan diajar oleh orang-orang yang *mungkin* tidak sepenuh hati ingin dan kemampuannya tidak setinggi
mereka yang memilih *apapun itu* sebagai pilihan pertama.
Betul, kemampuan bisa dipoles. Guru SMP yang masih mendampingi saya sampai sekarang juga tidak memilih guru sebagai pilihan pertama. Guru adalah 'pengisi waktu senggang', kata beliau. Tapi toh beliau termasuk
wali kelas favorit yang dikenal mampu menangani 'anak-anak bandel', termasuk saya yang dimasukkan ke asuhannya hehehe...
Namun berapa banyak yang begini? Pilihan pertama tidakkah punya kemungkinan lebih besar untuk lebih ditekuni, lebih berhasil, dan lebih sreg di hati?
Kita butuh banyak orang yang MAMPU dalam keilmuan DAN memilih menjadi guru, ketimbang terpaksa menjadi guru (daripada ngga kerja, misalnya).
--
Thanks Lita untuk interviewnya ^_^
(Blog Lita -> http://lita.inirumahku.com )
Belajar terus. Jangan pernah berhenti.
Belajar dari murid itu ngga dosa. Murid bisa lebih pinter, lho :)
Apa pengalaman paling mengesankan jadi guru?
Dikritik guru lain gara-gara waktu di jam beliau, anak-anak
mengerjakan tugas dariku.
*padahal... waktu jam pelajaranku atau jam lain, anak-anak mengerjakan
tugas dia atau belajar pelajaran beliau hihihi...
Mmmm... di'goda'in di kelas.
M (murid): "Miss, kalo angkatan 2002, berarti seangkatan dong sama
Nicholas Saputra?"
A (aku): *bengong, cuma alis berkerut*
M: "Miss angkatan 2002, kan?"
A: "Ngga. Kapan saya bilang begitu?"
T (teman-teman): *ngakak* "Sok tau looooooooo"
M: "Kirain. Abis miss keliatan kaya angkatan 2002, sih"
T: *ngakak lagi* "Huuuuuuuuuuuu"
A: "Halah halah. Dear, don't flirt with me"
Atau... "Miss, kok miss baik banget, sih?", waktu aku -yang saat itu
mulai terkikis kesabarannya- masih berusaha supaya anak-anak mau
denger & berusaha ngerti materi.
Atau... disangka temennya orangtua murid, waktu lagi duduk-duduk
bareng ortu murid di bangku.
Lalu disapa sama satu murid, "Mari, tante" dan si orangtua murid
marah, "Heh, ini guru kamu tauk!" hehehe... *kalem, bu... saya guru
baru dan ngga ngajar kelas dia, wajar aja ngga tau (eh tapi kan daku
pake seragam, yak?)
Ada aja, lah. Selalu ada cerita setiap hari :)
"Saya seorang S1, masak jadi guru... ga banget deh.." -> bagaimana kalau ada orang yang ngomong gitu?
Laaahh... Guru SMA kan minimal S1. Nyadar diri, atuh. Cuma punya persyaratan minimal kok protes :D
Maunya malah kalau bisa nanti guru yang S1 sekolah
Bukan guru SMA? Ya kembali ke pribadi. S2 ngajar SD juga gak protes, tuh. Iya, ada. Yang protes malah orang lain :)
Kalau memang maunya begitu, ya jalani aja. Gak usah mikirin pendapat orang lain :)
Kalau ngga mau, ya sudah jangan cela yang pengen :)
Guru itu profesi yang harus sepenuh hati. Jadi kalau setengah-setengah, kasian murid lha ya.
Masa buat anak kok coba-coba hehehe...
Ini satu yang harus dipikirkan: kalau profesi guru selalu jadi pilihan kedua atau seterusnya, maka kita akan diajar oleh orang-orang yang *mungkin* tidak sepenuh hati ingin dan kemampuannya tidak setinggi
mereka yang memilih *apapun itu* sebagai pilihan pertama.
Betul, kemampuan bisa dipoles. Guru SMP yang masih mendampingi saya sampai sekarang juga tidak memilih guru sebagai pilihan pertama. Guru adalah 'pengisi waktu senggang', kata beliau. Tapi toh beliau termasuk
wali kelas favorit yang dikenal mampu menangani 'anak-anak bandel', termasuk saya yang dimasukkan ke asuhannya hehehe...
Namun berapa banyak yang begini? Pilihan pertama tidakkah punya kemungkinan lebih besar untuk lebih ditekuni, lebih berhasil, dan lebih sreg di hati?
Kita butuh banyak orang yang MAMPU dalam keilmuan DAN memilih menjadi guru, ketimbang terpaksa menjadi guru (daripada ngga kerja, misalnya).
--
Thanks Lita untuk interviewnya ^_^
(Blog Lita -> http://lita.inirumahku.com )
Wednesday, March 12, 2008
Suka Duka Jadi Guru (Bagian 2)
(Sambungan dari tulisan ini)
Apa suka duka jadi guru?
Dicuekin.
Jamak, sebagai guru baru. Anak ngga kenal, "Siapa elu".
Kalau murid sekelas sedang 'malas berjamaah', wah udah deh.
Males-malesan semua. Ngga ada respon kalo ditanya, ngga ada yang nanya
kalo ditawari untuk bertanya.
Dibandingkan.
"Aduuhhh guru yang dulu lebih enak, deh" *ngga tentang ke aku, sih,
ini cerita beberapa teman guru*
Capek.
Hahaha... kerjaan mana yang ngga capek? Semua juga ada capeknya kok, ya.
Hanya, bagi mereka yang berpendapat bahwa menjadi guru itu santai, well... think 10 times. Again.
Kalau hanya melihat jam mengajar di kelas, tampaknya memang enak.
Datang jam 10, nanti jam 1 sudah pulang.
Yang tidak kelihatan: menyiapkan materi/bahan ajar di rumah, menyiapkan soal & jawaban, mencari referensi yang enak disimak
setingkat kemampuan murid, belajar, belajar, belajar.
Ilmu kan berkembang terus, ya. Jadi harus update sendiri. Pegangan mengajar tidak harus diktat.
Lagipula, banyak yang sudah lupa. SMA kan bertahun-tahun yang lalu.
Lha wong apa yang baru dibaca seminggu lalu saja bisa lupa, apalagi yang sudah lama.
Mengoreksi semua PR, tugas, kuis, dan ulangan itu. Pilihan ganda memang memudahkan, tapi kurang mendidik anak untuk berpikir luas dan kreatif. Sedangkan isian jelas menyita waktu dan energi untuk yang
mengoreksi.
Sukanya.......
Seneng deh kalo lihat anak-anak ngerti & paham materi :)
Seneng lihat anak-anak kalau sedang antusias, sampe minta dikasi soal untuk latihan hehehe... "Miss, aku juga mau, dong!", "Miss, minta soal yang lain lagi, dong!", "Miss, buat aku mana?" sampe rebutan spidol untuk ngerjain di papan tulis :D
Seneng kalo banyak ditanya, walau ngga selalu siap dengan jawaban yang memuaskan :) *biasanya aku jadikan PR, yang kujawab di pertemuan selanjutnya*
Seneng lihat anak seneng dapet nilai bagus.
Seneng lihat jawaban/respon cerdas anak, yang jawabannya ngga ada di textbook.
Seneng kalau disapa di lorong, di luar kelas, atau ketemu di luar
sekolah. "Hello, miss Lita"
Seneng punya kesempatan besar untuk belajar. Punya buku bagus dan 'keren' tapi ngga mengeluarkan biaya dari kantong sendiri hehe...
Seneng punya temen-temen guru yang klop dan ngga keberatan sharing tips mengajar.
Seneng ketemu temen baru yang enak banget diajak diskusi. Seringkali seide dan seumur, tambah asik :)
Seneng kok kalau payday tiba hehehe...
Seneng mejeng di buku tahunan murid hahaha.... *narsis*
Apa suka duka jadi guru?
Dicuekin.
Jamak, sebagai guru baru. Anak ngga kenal, "Siapa elu".
Kalau murid sekelas sedang 'malas berjamaah', wah udah deh.
Males-malesan semua. Ngga ada respon kalo ditanya, ngga ada yang nanya
kalo ditawari untuk bertanya.
Dibandingkan.
"Aduuhhh guru yang dulu lebih enak, deh" *ngga tentang ke aku, sih,
ini cerita beberapa teman guru*
Capek.
Hahaha... kerjaan mana yang ngga capek? Semua juga ada capeknya kok, ya.
Hanya, bagi mereka yang berpendapat bahwa menjadi guru itu santai, well... think 10 times. Again.
Kalau hanya melihat jam mengajar di kelas, tampaknya memang enak.
Datang jam 10, nanti jam 1 sudah pulang.
Yang tidak kelihatan: menyiapkan materi/bahan ajar di rumah, menyiapkan soal & jawaban, mencari referensi yang enak disimak
setingkat kemampuan murid, belajar, belajar, belajar.
Ilmu kan berkembang terus, ya. Jadi harus update sendiri. Pegangan mengajar tidak harus diktat.
Lagipula, banyak yang sudah lupa. SMA kan bertahun-tahun yang lalu.
Lha wong apa yang baru dibaca seminggu lalu saja bisa lupa, apalagi yang sudah lama.
Mengoreksi semua PR, tugas, kuis, dan ulangan itu. Pilihan ganda memang memudahkan, tapi kurang mendidik anak untuk berpikir luas dan kreatif. Sedangkan isian jelas menyita waktu dan energi untuk yang
mengoreksi.
Sukanya.......
Seneng deh kalo lihat anak-anak ngerti & paham materi :)
Seneng lihat anak-anak kalau sedang antusias, sampe minta dikasi soal untuk latihan hehehe... "Miss, aku juga mau, dong!", "Miss, minta soal yang lain lagi, dong!", "Miss, buat aku mana?" sampe rebutan spidol untuk ngerjain di papan tulis :D
Seneng kalo banyak ditanya, walau ngga selalu siap dengan jawaban yang memuaskan :) *biasanya aku jadikan PR, yang kujawab di pertemuan selanjutnya*
Seneng lihat anak seneng dapet nilai bagus.
Seneng lihat jawaban/respon cerdas anak, yang jawabannya ngga ada di textbook.
Seneng kalau disapa di lorong, di luar kelas, atau ketemu di luar
sekolah. "Hello, miss Lita"
Seneng punya kesempatan besar untuk belajar. Punya buku bagus dan 'keren' tapi ngga mengeluarkan biaya dari kantong sendiri hehe...
Seneng punya temen-temen guru yang klop dan ngga keberatan sharing tips mengajar.
Seneng ketemu temen baru yang enak banget diajak diskusi. Seringkali seide dan seumur, tambah asik :)
Seneng kok kalau payday tiba hehehe...
Seneng mejeng di buku tahunan murid hahaha.... *narsis*
Tuesday, March 11, 2008
Apa Enaknya Jadi Guru? (Bagian 1)
Apa yang ada dibenak anda ketika mendengar kata GURU?
Pahlawan tanpa tanda jasa?
Seseorang yang suka menghukum?
Orang yang suka diliriki kala ingin menyontek?
Mungkin, kira-kira seperti itulah yang ada dibenak kita (atau saya saja? Halah...)
Nah, ngomong-ngomong soal guru, ternyata, teman saya, Lita, entah apa yang ada dipikirannya, telah menjadi seorang guru. Guru Kimia tepatnya. Menggondol ijazah sekolah top di Bandung, yang bisa saja melamar di perusahaan minyak dan diterima dan bergaji dollar, eh... Malah jadi seorang guru. Karena itu, saya penasaran. Saya coba interview si Lita. Sebelumnya, berhubung setelah di wawancara dan jawabannya panjang-panjang, maka hasil wawancara ini saya bagi menjadi 3 bagian. Dan ini dia hasil wawancaranya.
Bagaimana supaya bisa jadi guru?
Bertanya.
Mau jadi guru di mana? Kalau kita alumni situ, biasanya diprioritaskan sama sekolah yang bersangkutan. Masih kuliah tapi pengen ngajar di situ pun mungkin bisa.
Berniat.
Kalau cuma nanya doang tapi gak diteruskan usahanya ya gak jadi.
Memenuhi syarat.
Kembali ke yang pertama tadi. Tanya, syaratnya apa saja? Kita punya, ngga? Kalau ngga punya, masih bisa dipenuhi 'sambil jalan', ngga? Atau harus musti kudu dimiliki sejak awal?
*misal, skor IELTS, latar pendidikan tertentu, akta 4, dll.
Apa enaknya jadi guru?
Orgasmic hahaha...
Mendengar "Oooh... jadi begitu" itu 'nyandu'. Ada kepuasan pribadi untuk membantu orang lain mencapai/mengerti sesuatu :)
Merasa berguna dan dibutuhkan. Itu perasaan yang tidak bisa digantikan. Seperti teman :p
Enak yang lain... bayarannya? Hehehe...
Jadi guru ngga selalu memelas, kok. Betul, antar daerah tidak sama. Antara PNS dan guru honorer juga tidak sama (tentunya). Antara guru sekolah swasta dan negeri juga tidak sama.
Kenapa kita harus jadi guru?
Ngga ada yang mengharuskan. Tapi kalau ngga ada yang jadi guru, anakmu mau disekolahkan ke mana? Homeschooling? Pedagogi (ilmu mengajar) gimana? Belajar dulu? Sama aja, toh. Kita belajar ke guru dulu :)
Semua punya alasan masing-masing.
Alasanku: aku pengen kimia jadi lebih disukai dan bisa dipakai sehari-hari ngga terbatas hanya di kertas ujian.
Alasan lain: payback time. Balas budi.
Alasan yang lainnya lagi: Sekolah sedang bersiap melepas guru-guru yang akan pensiun. Sekolah butuh, aku merasa bisa memberikan yang dibutuhkan.
Pahlawan tanpa tanda jasa?
Seseorang yang suka menghukum?
Orang yang suka diliriki kala ingin menyontek?
Mungkin, kira-kira seperti itulah yang ada dibenak kita (atau saya saja? Halah...)
Nah, ngomong-ngomong soal guru, ternyata, teman saya, Lita, entah apa yang ada dipikirannya, telah menjadi seorang guru. Guru Kimia tepatnya. Menggondol ijazah sekolah top di Bandung, yang bisa saja melamar di perusahaan minyak dan diterima dan bergaji dollar, eh... Malah jadi seorang guru. Karena itu, saya penasaran. Saya coba interview si Lita. Sebelumnya, berhubung setelah di wawancara dan jawabannya panjang-panjang, maka hasil wawancara ini saya bagi menjadi 3 bagian. Dan ini dia hasil wawancaranya.
Bagaimana supaya bisa jadi guru?
Bertanya.
Mau jadi guru di mana? Kalau kita alumni situ, biasanya diprioritaskan sama sekolah yang bersangkutan. Masih kuliah tapi pengen ngajar di situ pun mungkin bisa.
Berniat.
Kalau cuma nanya doang tapi gak diteruskan usahanya ya gak jadi.
Memenuhi syarat.
Kembali ke yang pertama tadi. Tanya, syaratnya apa saja? Kita punya, ngga? Kalau ngga punya, masih bisa dipenuhi 'sambil jalan', ngga? Atau harus musti kudu dimiliki sejak awal?
*misal, skor IELTS, latar pendidikan tertentu, akta 4, dll.
Apa enaknya jadi guru?
Orgasmic hahaha...
Mendengar "Oooh... jadi begitu" itu 'nyandu'. Ada kepuasan pribadi untuk membantu orang lain mencapai/mengerti sesuatu :)
Merasa berguna dan dibutuhkan. Itu perasaan yang tidak bisa digantikan. Seperti teman :p
Enak yang lain... bayarannya? Hehehe...
Jadi guru ngga selalu memelas, kok. Betul, antar daerah tidak sama. Antara PNS dan guru honorer juga tidak sama (tentunya). Antara guru sekolah swasta dan negeri juga tidak sama.
Kenapa kita harus jadi guru?
Ngga ada yang mengharuskan. Tapi kalau ngga ada yang jadi guru, anakmu mau disekolahkan ke mana? Homeschooling? Pedagogi (ilmu mengajar) gimana? Belajar dulu? Sama aja, toh. Kita belajar ke guru dulu :)
Semua punya alasan masing-masing.
Alasanku: aku pengen kimia jadi lebih disukai dan bisa dipakai sehari-hari ngga terbatas hanya di kertas ujian.
Alasan lain: payback time. Balas budi.
Alasan yang lainnya lagi: Sekolah sedang bersiap melepas guru-guru yang akan pensiun. Sekolah butuh, aku merasa bisa memberikan yang dibutuhkan.
Subscribe to:
Posts (Atom)