Sunday, September 10, 2006

"Distance Learning", Jauh di Jarak Dekat di Mata

Tidak ada kata tidak untuk melaksanakan E-Learning. Berikut artikel menarik tentang E-Learning.

"Distance Learning", Jauh di Jarak Dekat di Mata


kompas/reni sria ayu taslim

BAYANGKAN, berapa besar biaya yang harus dikeluarkan Universitas Cenderawasih (Uncen), Jayapura, Papua, bila beberapa mata kuliahnya dipegang oleh dosen dari Universitas Hasanuddin (Unhas). Biaya ini antara lain untuk ongkos pesawat pergi pulang, biaya penginapan, dan akomodasi lainnya, belum termasuk gajinya.

Belum lagi waktu yang terbuang percuma karena perjalanan, belum lagi kalau jadwal terbang pesawat terganggu. Padahal, mungkin dosen tadi juga bolak-balik ke Universitas Udayana (Unud) di Bali, Universitas Halu Uleo (Unhalu) di Kendari, Universitas Tadulako (Untad) di Palu, dan yang lainnya.

Akan tetapi, coba bayangkan kalau dalam waktu yang bersamaan mahasiswa-mahasiswi di Uncen, Unud, Unhalu, dan Untad mengikuti mata kuliah yang sama dari dosen yang sama, tapi di kampus masing-masing. Bayangkan pula bahwa saat mengikuti mata kuliah itu, mereka tetap bertatap muka dan berkomunikasi dalam bentuk tanya jawab aktif.

Bayangan demikian ini sudah ada jauh-jauh hari, tetapi sebatas angan atau gagasan belaka. Tetapi, kini di mana perkembangan dan kemajuan teknologi telekomunikasi makin tak terbatas, apa yang jadi angan-angan sudah bisa diwujudkan, bukan lagi sesuatu yang mustahil.

Agaknya kemudahan seperti inilah yang ditawarkan PT Telkom Divre VII Indonesia Kawasan Timur (Ikat) kepada 18 perguruan tinggi di Kawasan Timur Indonesia. Ini merupakan salah satu sumbangsih dan kepedulian PT Telkom pada perkembangan dunia pendidikan di KTI.

Telkom menyebutnya layanan distance learning dan cyber campus project. Untuk itu, tanggal 3 Februari lalu di Makassar, PT Telkom Divre VII menandatangani nota kesepahaman tentang belajar jarak jauh dengan 18 perguruan tinggi negeri (PTN) yang tergabung dalam Badan Kerja Sama PTN se-KTI.

Ke-18 perguruan tinggi tersebut masing-masing di Sulawesi, yakni Unhas yang sekaligus sebagai main server, Universitas Negeri Makassar, Untad, Unhalu, Universitas Sam Ratulangi dan Universitas Negeri Manado di Manado, dan IKIP Negeri Gorontalo. Di Bali adalah Universitas Negeri Cendana dan Universitas Udayana, sedangkan di Mataram dengan Universitas Mataram.

Selain itu, Universitas Pattimura di Maluku dan Universitas Cenderawasih di Papua. Dari Kalimantan ikut Universitas Lambung Mangkurat di Banjarmasin, Universitas Mulawarman di Samarinda, dan Universitas Palangkaraya di Palangkaraya.

Menindaklanjuti nota kesepahaman ini, tanggal 18 September lalu, layanan distance learning dan cyber campus mulai dioperasikan di tiga PTN masing-masing Unhas, Unhalu, dan Universitas Udayana.

Dengan distance learning, seorang mahasiswa dapat terhubung dengan narasumber pengetahuannya, entah itu dosen, mahasiswa lain, fasilitator, atau perpustakaan, untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tanpa harus bertemu langsung. Kegiatan lain, seperti surat-menyurat, materi, dan lainnya yang berkaitan dengan kuliah, dapat dikirim atau diterima via Internet. "Dalam program ini kampus dilengkapi akses Internet ke dunia cyber," papar Kepala Divre VII PT Telkom Syarifuddin Saguni, pekan lalu.

Saguni mencontohkan, seorang dosen di Unhas dapat mengajar sekaligus untuk para mahasiswa di Unhalu, Uncen, Unsrat, atau ke 17 PT yang lain. Tapi, dengan syarat masing-masing perguruan tinggi sudah siap dengan peralatannya dan waktu yang disepakati bersama untuk melakukan kegiatan ini. Jadi, waktunya sudah terjadwal. "Tapi, kalau universitas selain Unhas ingin berhubungan, tetap harus melalui Unhas, karena Unhas adalah main server-nya," kata Saguni menambahkan.

Saat melakukan kegiatan ini, para mahasiswa atau dosen bisa berkomunikasi langsung alias tanya jawab, bahkan bertatap muka melalui layar monitor, slide, atau proyektor yang dihubungkan dengan peralatan lainnya.

Memang untuk kepentingan itu perguruan tinggi yang ikut program ini harus menyiapkan ruangan khusus yang dilengkapi sejumlah perangkat teknologi, di antaranya video conference dan peralatan lainnya. Dalam hal ini Telkom berperan sekaligus bertugas sebagai jembatan dengan menyiapkan jaringan dan berbagai akses lainnya.

Diakui Saguni, program distance learning ini belum bisa tuntas tahun ini, terkendala kondisi jaringan dan akses yang tidak merata untuk seluruh area Divre VII maupun Divre VI Kalimantan. Selain itu akses Internet Telkom (Telkomnet Instant) belum mencapai ke seluruh 18 PTN yang ada di KTI. Untuk PTN, kendalanya adalah keterbatasan sarana dan prasarana video conference dan masih berbasis
ISDN. Untuk itu dibutuhkan investasi untuk membangun sistem open/distance learning dan cyber campus.



***
TENTANG berapa besar selisih biaya yang dapat dihemat dari program ini, Saguni tidak memberi angka pasti. Yang jelas bisa lebih murah, apalagi universitas sering mendapat dana hibah atau bantuan lainnya. "Bantuan bisa dimanfaatkan untuk pengadaan sarana yang dibutuhkan, lebih bagus kalau bantuannya berupa perangkat yang bisa jadi investasi jangka panjang," kata Saguni.

Apalagi, tambahnya, dalam program ini Telkom memberi diskon khusus dan berbagai kemudahan untuk penggunaan jaringan. "Terus terang kalau mau bicara bisnis, untuk ini kami tidak berbisnis. Ini sumbangsih Telkom, khususnya Divre VII, untuk perkembangan pendidikan dan sumber daya manusia di KTI," ujarnya.

Terlepas dari itu, kalaupun mungkin hitung-hitungan biaya yang dikeluarkan antara bolak-balik naik pesawat plus berbagai akomodasi versus pengadaan perangkat teknologi, sama besarnya, setidaknya ada waktu yang diirit dan tidak terbuang percuma. Mungkin pula dengan selisih waktu tersebut, dosen terbang ini masih bisa melakukan sejumlah tugas dan kegiatan lainnya.

Dari semua itu, satu hal yang jauh lebih penting adalah jarak bukan lagi menjadi alasan untuk tidak belajar atau mengajar. Bahkan, kalaupun seorang dosen tak bisa jalan dan hanya bisa duduk, misalnya, asal masih bisa bicara dan berpikir, proses belajar mengajar ini pun masih bisa jalan.

Memang, tidak ada lagi yang tidak mungkin dan mustahil dengan kemajuan telekomunikasi dan informasi. Sungguh suatu kemudahan.

No comments:

Post a Comment