Masih dalam bab Ketika menyaksikan Bayern Muenchen melawan timnas Indonesia tanggal 21 kemarin, ada sebuah pelajaran yang saya dapat terkait dengan profesi wartawan. Ternyata, profesi wartawan itu memang berat (kalau boleh tidak dibilang gila).
Benar, bekerja sebagai wartawan itu seperti tidak kenal waktu. Karena sumber berita memang tidak kenal waktu. Dia akan ada jam berapapun dia mau. Selesai pertandingan antar Bayern melawan Indonesia, wartawan-wartawan yang meliput pertandingan tersebut harus mengejar sumber berita untuk dijadikan produk yang bisa menghasilkan uang alias sumber makanan mereka.
Ketika mengejar berita, halangan-halangan pasti ada. Khususnya polisi atau petugas keamanan yang melindungi para sumber berita. Walaupun menggunakan name tag: PRESS atau undangan wartawan, belum tentu seenaknya diperbolehkan lewat oleh petugas keamanan. Salah satu wartawan yang sempat saya lihat, ketika berusaha masuk kelapangan agar bisa mendapatkan berita, harus beradu mulut dengan polisi karena tidak diperbolehkan masuk. Kejadian itu boleh dibilang menegangkan. Dan saya yang sebagai wartawan gadungan jadi "jiper" kalau profesi wartawan itu ternyata 'keras' juga.
Anyway anyhow, ini memang pengalaman yang menegangkan. Tapi sedikit mengasyikan. Kejar sana, kejar sini, seru juga ternyata. Ya, mungkin awal-awalnya terlihat seru. Tapi setelah dipikir-pikir, seandainya saya jadi wartawan dan harus kejar sana kejar sini hingga bertahun-tahun atau hingga akhir hayat, duh... ga banget deh. Mending jadi programmer aja lah. Lebih enak. Jam 8 datang ke kantor, duduk, ngetik program ampe jari pegel, jam 5 sore pulang, selesai.
No comments:
Post a Comment