Wednesday, April 23, 2008

Manajemen Resiko & Uang 100 Juta

Ternyata tulisan "Bahkan Burung Pun Diberi Makan Oleh Yang Maha Kuasa" ada yang menanggapi dengan serius. Blog yang ga serius ini tumben-tumbenan ada yang menyanggah dengan serius. Hehehe...

Dan mengenai tanggapan tersebut khususnya bisnis memiliki resiko, saya akan coba menanggapi kembali dalam sebuah tulisan. Penyanggah adalah bernama Fikri dan dia bilang seperti ini:
Namun saya tidak sependapat dengan anda dalam beberapa hal.

"Bagaimana jika perusahaan network-marketing tempat kita bergabung bangkrut setelah kita meng-investasikan beberapa tahun dalam bentuk waktu dan usaha? Semuanya menjadi sia-sia saja, bukan?"

Namanya juga bisnis pak. Semuanya memiliki resiko. dan itu resiko yang harus diambil jika menjalankan bisnis. Sebuah bisnis, apapun bisnis tersebut, memiliki resiko.

Bisnis memang penuh resiko. Tapi yang namanya resiko itu bisa dikelola. Setidaknya bisa dihindari. Makanya ada ilmu manajemen resiko. Menurut wikipedia, manajemen resiko adalah proses pengukuran atau penilaian risiko serta pengembangan strategi pengelolaannya. Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu.

Manajemen risiko memang belum popular dibanding bidang studi lainnya, seperti manajemen pemasaran, manajemen keuangan, manajemen sumber daya manusia, atau manajemen produksi. Tapi pemahaman tentang manajemen risiko saat ini menjadi semakin dibutuhkan sejak krisis ekonomi menimpa Indonesia beberapa waktu yang lalu, beberapa perusahaan, termasuk bank-bank, satu-persatu gulung tikar. Kemungkinan sebagian dari mereka tidak siap untuk menghadapi risiko-risiko yang berhubungan dengan perubahan pasar, politik, atau mungkin sosial.

Karena itu, menurut RONNY KOUNTUR, D.M.S., Ph.D., proses manajemen risiko bisa dilakukan dengan langkah-langkah:
(1) identifikasi risiko
(2) pengukuran risiko, termasuk pemetaan risiko,
(3) penanganan resiko yang mencakup pengendalian dan pendanaan risiko.

Untuk perusahaan network-marketing, soal manajemen resikonya, mereka tidak terlalu terbuka. Makanya saya kurang setuju dengan jenis perusahaan tersebut. Yang mereka tonjolkan hanyalah sebuah bisnis yang bisa menghasilkan uang, uang, uang, uang dan uang. Mereka menutupi resiko yang tinggi dengan bicara peningkatan pendapatan, pendapatan, pendapatan, pendapatan dan pendapatan sehingga kita dibuat bias tentang resiko. Berbeda dengan perusahaan yang riil seperti XL, mereka bahkan menginformasikan soal bagaimana mereka menerapkan Kerangka Kerja Manajemen Risiko Perusahaan (Enterprise Risk Management/ERM) secara holistik dan terintegrasi ke semua unit organisasi di situsnya.

Kesimpulan
Saya memang belum pernah berbisnis. Nulis ini juga mencomot referensi dari sana-sini. Dan pengalaman! Seseorang yang saya kenal sudah terkena batunya gara-gara bisnis network-marketing. Dan alasan "Namanya juga bisnis pak. Semuanya memiliki resiko." adalah bukan alasan yang bijak ketika uang 100 juta dibawa kabur!!!

No comments:

Post a Comment