Monday, July 2, 2007

Pareto 80-20 vs Mindset Sukses Kebebasan Finansial

Coba melanjutkan review mindset sukses-nya Ibu Jennie, tiba-tiba saya berhenti di halaman 25. saya menemukan poin penting ini:

Buku ini memaparkan startegi-strategi jitu menuju kebebasan finansial, namun perbedaan buku ini dengan buku-buku serupa lainnya adalah: perubahaan diri dari dalam merupakan kunci dari semua perubahaan kepemilikan materi yang akan anda rasakan.

Dengan kata lain, dengan spirit sukses yang besar dari dalam, maka kebebasan finansial sudah menjadi sesuatu yang pasti dialami. Tidak perlu lagi dicari jauh-jauh. Anda bisa menjadi kaya secara finansial jika anda memacu diri dengan satu alasan saja mengapa anda perlu mengeluarkan diri yang sukses dari dalam itu supaya terproyeksikan ke luar.

Sampai disini, Sebetulnya saya sudah mengerti poin dari buku Mindset Sukses secara keseluruhan. Intinya adalah: Janganlah serakah. Pikirkan untuk memenuhi kebutuhan(need) saja, bukan keinginan(want). Setelah anda menyetel pikiran itu, paksakan naluri/jiwa anda juga untuk selaras dengan pikiran anda. Jika sudah selaras, anda sudah berhasil menjadi orang sukses. Artinya, jika anda hanya membutuhkan sepeda(kayuh) untuk pergi kekantor yang Cuma 2 kilometer, ya sudah, seting pikiran anda bahwa jika anda sudah memiliki sepeda maka anda akan sama seperti multijutawan Sergey Brin dan Larry Page sang pemilik Google. Selesai.

Nah, berhubung saya baru menyelesaikan 20% dari isi buku dan mengetahui poinnya, apakah saya bisa mengikuti Teori Pareto 80-20 dengan berhenti membaca? Hmmm... sepertinya jangan. Teruskan membaca. Sebab dalam buku ini dibilang:

Anda perlu membaca buku ini dengan cara yang sama Anda melihat "gajah secara keseluruhan," bukan dalam bagian-bagiannya. Anda perlu perlu melihat si gajah bukan hanya belalainya saja, bukan hanya kakinya saja, dan bukan hanya ekornya. Namun anda perlu melihat gajah lengkap dengan gayanya berjalan yang menggetarkan bumi, dari poin A ke poin B.

Seperti Tantowi Yahya juga bilang, Makin banyak baca makin banyak tahu. Tidak banyak baca, makin dekat anda dengan kekayaan. Loh? Kok jadi nyinggung lelucon insiyur dan pengusaha? Halah.. ga penting. Baca baca!

No comments:

Post a Comment