Jalanan kali ini lumayan sepi. Mungkin karena seluruh penduduk Jakarta menyaksikan pertandingan bola Indonesia lawan Barhain. Mungkin. Melewati mal Ambasador, Kuningan, saya masuk terowongan Kasablanka yang juga sepi sekali. Bahkan tidak ada mobil dan motor sama sekali mengiringi saya. Ada apa ini? Kok perasaan saya jadi aneh sekali.
Saya memasuki terowongan Kasablanka dengan coba tenang. Melaju dengan kecepatan normal. Menarik napas panjang. Tiba-tiba terowongan berubah jadi gelap sekali. Dada serasa sesak! Ya Tuhan� tolong, jangan bawa saya kedalam pencobaan. Mohon jangan cabut nyawa saya.
Setelah berdoa kilat, saya coba tenang. Saya tidak bisa berbuat apa-apa selain jalan terus karena dihinggapi rasa takut yang sangat. Gelap dan gelap. Saya tidak peduli, karena diujung sana pasti ada jalan keluarnya.
Dan benar. Ada titik kecil putih. Saya berusaha memacu motor hingga titik tersebut. Lama-kelamaan, titik tersebut makin membesar. Membesar hingga saya tidak bisa melihat lagi karena silaunya. Saya melaju dengan pelan supaya mata ini bisa adaptasi dengan sang terang. Perlahan-lahan, mata saya bisa melihat lagi dengan jelas, astaga. Indah sekali. Seperti di negeri Terabithia. Sungai memantulkan kilaunya yang indah dan mengalir dengan tenang. Air terjun dari kejauhan nampak indah sekali. Di ujung sana, sebuah istana besar berdiri megah.
Sambil memperlambat laju motor saya, dipinggir jalanan menuju istana, berdiri prajurit-prajurit negeri Terabithia. Ya ampun, ternyata benar. Ini negeri Tarabithia! Ada si Warrior. Ada si Squogre yang tidak jahat lagi. Ada si raksasa. Tak henti-hentinya saya tersenyum lebar sambil berkata �Hai�. Lalu motor saya diminta berhenti. Semacam kurcaci lari mendekat dan menggelar kain dibawah saya untuk dijejaki. Saya berdiri tegap. Si raksasa datang mendekat dan memahkotai saya. Saya pun tersenyum. Wow! Saya telah diangkat jadi raja di negeri Terabithia.
Dan kehidupan di negeri Terabithia pun damai hingga selamanya.
* * *
Ya, cerita barusan adalah sequel film Bridge To Terabithia yang berjudul Tunnel to Terabithia. Selamat menunggu tanggal tayangnya. Entah kapan.
Pendapat saya tentang film bridge to Terabithia, cuma satu kata, mengharukan. Sudah. Itu saja ^^;;
Lalu, bagaimana dengan pendapat blogger lain? Berikut penilaiannya masing-masing:
Ed Skywalker (link)
Film keluarga yang bagus, mengajak para orang tua untuk menghadirkan sesuatu yang menyenangkan bagi anak-anaknya. Anak-anak menyukai fantasi, dan mereka tak menyukai kekerasan dan yang berbau serius.
Deta (link)
ya ampyun tuh film "touchy" abis, emang sih rada bosen diawal dan apa yang diharapkan nggak kejadian. katanya nih film rada mirip sama NARNIA ternyata NGGAK! tapi dari segi cerita mang bagus. tentang persahabatan dan khayalan. setelah nonton film ini yang ada aq jd inget sama dia.... hiks... hiks
Kobo Chan/Kutu Buku (link)
Banyak yang merasa kecewa karena mengira film ini adalah film fantasi seperti Narnia atau pun Harry Potter. Padahal, cerita ini merupakan salah satu cerita remaja yang sangat populer sebenarnya, hanya saja memang kalau di Indonesia, kurang terdengar gaungnya. Yah, memang kita tak menemukan aksi petualangan hebat, kisah fantasi luar biasa, ataupun anak-anak ajaib. Ini memang kisah biasa tentang persahabatan indah antara dua orang anak yang tersisih. Jess si anak miskin, dan Leslie, yang walau orangtuanya kaya, namun eksentrik, sehingga menyebabkan dirinya sering ditertawakan teman-temannya.
No comments:
Post a Comment