Tuesday, July 17, 2007

Cara berbisnis Machiavellis

Tulisan saya sebelum ini, "wulan sari � ratu kaum machiavellis", sebetulnya tidak bermaksud untuk mendiskreditkan seorang Wulan Sari. Maaf. Saya hanya coba mengambil sebuah ilustrasi supaya mudah dimengerti, bagaimana cara berbisnis penganut Machiavellis. Dan satu hal juga, pada tulisan ini, saya tidak bermaksud untuk membuka diskusi tentang Il Principe-nya Niccol� Machiavelli. Tidak. Karena saya masih terlalu bodoh dalam hal ilmu politik. Jadi, sekali lagi, maaf nih buat Kunderep, tidak ada tanggapannya.

Yang ingin saya sampaikan itu sebetulnya ingin memperlihatkan bagaimana bimbingan Machiavellis bisa diterapkan oleh orang biasa karena konsep Machiavellis ini paling "laku" dipakai oleh mafia. Jadi, kalau boleh ngutip dari buku Manajer Mafia, karangan �V�, terbitan Gramedia tahun 1997, berikut inti dari cara berbisnis Machiavellis: Apapun pekerjaan Kita�baik wiraswastawan atau karyawan yang bertekad mendaki anak tangga perusahaan�usaha maju ke depan dan mempertahankan tempat terdepan sudah lama menjadi salah satu masalah utama bagi semua orang yang tidak puas dengan sekadar mendapatkan penghasilan. Dalam usaha Kita untuk dengan penuh semangat dan mati-matian mengejar tahta emas, orang-orang ambisius, baik laki-laki maupun perempuan, belajar dari orang-orang lain yang pernah mencapai keberhasilan.

Nah, dasar rahasia keberhasilannya itu sebetulnya apa? Teori Il Principe-nya Niccol� Machiavelli. Dan bisa diringkas sebagai berikut: Carilah sebuah tempat dalam sistem di mana Kita berada dalam posisi mengelola orang lain. Untuk menemukan tempat seperti ini, jika Kita tidak berbekal warisan kekayaan, Kita harus lebih cerdik, lebih ambisius, dan lebih tegar daripada para pesaing Kita. Dan jika Kita ingin sukses besar menurut pengertian dunia ini, nasib Kita harus baik�dan Kita sendiri tak kenal ampun. Hiduplah diantara serigala-serigala, dan niscaya Kita akan bisa mengaum.

Sekali Kita sudah menemukan tempat, Kita harus mampu mempertahankannya, membelanya dari serangan dan serobotan para pesaing Kita, dan memperkuatnya. Banyak orang akan mengincar tempat Kita karena tempat-tempat seperti itu sangat menguntungkan orang yang menguasainya. Untuk mempertahankannya, Kita harus berkepala jernih�dan (sekali lagi) tak kenal ampun.

Kita akan mengenal orang-orang yang harus dikenal didunia Kita, dan mereka akan mengenal Kita dan mempercayai serta memanfaatkan Kita, sebagaimana Kita memanfaatkan mereka. Hal-hal seperti ini harus dipahami benar: Kita harus suka menolong dan melaksanakan tugas-tugas yang sudah diterapkan; Kita tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, dan Kita tahu apa bagian Kita kelak. Sebagai imbalan bagi pelayanan dan kemauan baik Kita, Kita mendapatkan backing para sponsor yang mempunyai kekuasaan jauh lebih besar. Dan dengan itu Kita akan menanjak. Naik terus ke atas.

Jadi, teori singkat yang dijelaskan Kunderep An-Narkaulipsiy:

sebenarnya buku Il Principe itu untuk menjilat penguasa. Dia kalah perang dan karena ingin tetap tinggal di kota, ia mencoba menjilat si pemenang. Tentu saja, ia gagal.. Dan Machiavelli sendiri bukan menganjurkan kekejaman semata(!). Ia hanya menganalisis, membandingkan seandainya pemimpin dipatuhi karena dicintai atau ditakuti, mana yang lebih baik. Dan jawaban sesungguhnya adalah "kedua-duanya", tetapi pada saat tidak mungkin memilih, ia menganjurkan "ditakuti". Lihat bedanya..

...Memang benar dan bisa dipakai dalam cara kita berbisnis(kalau kita mau menjalaninya). Tapi semua ini juga kembali ke diri kita masing-masing. Kalau masih punya hati nurani, konsep barusan segera dilupakan. Tapi kalau tidak, silahkan dicoba. Resiko tanggung sendiri. ^_^ v

No comments:

Post a Comment